Sabtu, 21 Februari 2015

Elegimu Bidadari

Elegimu Bidadari


Aku tidak tahu benarkah ataupun salah
Yang memupuk hati dan pikiran kian meresah
Doktrin hikayat dalam risalah
Menjatuhkan rasa tak berbentuk padamu yang tergugah

Kasihan dirimu duhai para juwita
Mengetahui takdir di akhir masa
Tiada tahu pasti gelombang apa yang akan mendera
Egokah maujud atau kasih menyelubung raga

Ironimu wahai wanita
Purwarupa nyata Bunda Hawa
Sanggupkah engkau berbagi rasa pada sesama
Teruntuk satu penerus Yanda Adam bernama pria

Dilema yang menjerat hasratmu wahai para jelita
Menyudutkanmu pada separuh rasa
Yang mengekang nurani dengan egonya logika
Meski terlihat diam tanpa bicara

Dilema yang mengungkungmu duhai penerus ibu dunia
Membersitkan kasih nurani di atas logika
Separuh rasa lain bernama iba
Secuil harap berbagi rasa utuh pada lain jelita

Teruntukmu wahai para juwita
Empati atas takdirmu yang menunggu untuk menyiksa
Yang akan menderamu dengan selaksa rasa
Memaksamu terisak di keheningan buta

Aku mengagumimu wahai para jelita
Sumber dari semua cipta rasa
Mampu berbagi meski perih tiada tara
Sanggup memetikan ego membara
Meski mata berkaca-kaca
Sebab di hati terbaginya cinta

Teruntukmu wahai para peneduh
Yang menampung segala gejolak nan merusuh
Menunggu datangnya akhir masa dengan jenuh
Pasrah hadapi kenyatan satu berbanding lima puluh

Bagimu duhai para pemilik kata cantik
Dengarkanlah ketulusan dari hati ini yang berbisik
Tiadakan pernah habis rasa kupetik
Pada anggun tubuhmu yang mengusik

Teruntukmu duhai pemilik kata pesona
Penyandang rupa bidadari bernama Bunda Hawa
Yang karenanya indahlah seisi jagat raya
Hinggakan terpatri jelas di surga

Aku yang bertalikan Ayahanda Adam
Memberikanmu selaksa rasa yang mendalam
Segala kasih yang tak lagi terpendam
Keteguhanmu duhai para ibu alam
Yang sempatkan tersenyum meski elegi siap merajam

Teruntukmu wahai penerus Bunda Hawa
Yang selalu memikat dengan semua pesona
Berharap bertemu di taman surga

Terimalah salam
Dariku yang meneruskan jejak Ayahanda Adam

-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sumber ilustrasi: https://attazkiyah.files.wordpress.com/2010/05/images138.jpeg

Related Posts:

  • Aku Rela Menjadi Iblis Aku Rela Menjadi Iblis Satu rasa yang kini kupendam, membunuhmu dengan sejuta dendam. Hingga musnah semua sakit yang merajam. Baru kupuas dan le… Read More
  • Duhai Pelita Jiwa Duhai Pelita Jiwa Duhai tumpuan segala rasaTempat nanti kami bernaung di kala tuaDengarkanlah syair ayahanda berceritaAgar engkau tahu hidupmu k… Read More
  • Aku... Lupa Aku lupa pada rupa cinta Sebab dia hanya sesaat datang menyapa Hayalku yang melampaui megahnya dunia Hanya mengantarkanku pada bentuk fana Ak… Read More
  • Masih ya, Menjelek-jelekan Agama? Masih ya, Menjelek-jelekan Agama? [Renungan Jumat] Katakan pada mereka; Agama itu sifatnya sangat pribadi (hubungan antara Tuhan dan makhlukN… Read More
  • Serbuk-serbuk Mimpi Serbuk-serbuk Mimpi Kilau-kilau yang mengusik pandangan, menggoda angan, lintas harapan. Atau merona kekuningan, seperti fajar di ufuk timur. Mu… Read More

2 komentar:

  1. Wuih, benar-benar menyanjung para gadis. Keren lho.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak Fabina^^
      terima kasih hadirnya

      yup, para gadis (wanita) layak untuk disanjung
      hehe :)

      Hapus