Jumat, 27 Februari 2015

Andai Aku Bisa Mengeluh

Andai Aku Bisa Mengeluh


Bunda...
kau perlakukan aku begini
aku tidak marah
aku tahu...
hadirku di rahimmu hanya kenistaan bagimu
mungkin juga kau akan menderita

aku tahu Bunda...
bukan karena aku yang seperti benalu
yang akan menghisap sari kehidupanmu
menjadikan tubuhmu inang untuk hidupku di alammu
bukan pula pada bulan yang sembilan dengan hari yang sepuluh
bahkan mungkin seluruh sisa hayatmu
bukan Bunda...

aku tahu...
sebab hadirku akan memaksamu bertunduk muka
berpaling wajah dalam setiap langkahmu berpijak menghadapi dunia ini
hadirku hanya akan menyudutkanmu Bunda
memerahkan wajahmu yang aku hayalkan seindah rembulan penuh
menumpahkan aliran sungai di indahnya bola matamu mungkin hingga kekeringan
tidak Bunda...
aku tidak ingin itu semua menimpamu

tahukah engkau...
wahai Bunda yang tiada 'kan pernah sempat kupeluk dan kurasakan hangatnya tubuhmu
tahukah engkau wahai Bunda yang tak 'kan bisa kurindu purnama di wajahmu
tahukah engkau duhai Bunda yang inginku tak 'kan pernah kesampaian mengecup keningmu halusnya rambutmu yang menghitam
tahukah engkau duhai Bunda yang tiada pernah terpenuhi telinga ini dengan merdunya suaramu
tahukah engkau duhai Bunda...
aku tetap mencintai mu…
walau hadirku di alam rahimmu hanyalah sesaat
walau hadirku tiada pernah engkau harapkan
tiada pernah diiinginkan
tidak pula bagi lelaki yang mungkin saja Ayahandaku...

meski seisi dunia ini menghujat
aku masih tetap mencintaimu… Bunda
kau tahu kenapa Bunda?
aku tidak akan pernah mempersoalkan semua tindakanmu terhadapku
tidak Bunda… tidak sama sekali
sebab hadirku bukanlah hujatan akan dirimu Bunda
hadirku adalah pengingat untukmu
pengingat akan indahnya duniamu yang tak 'kan mungkin kulihat
pengingatmu pada gemerisik dedaunan di pohon pohon dalam desau angin yang semilir…
pada gemericik tetesan tetesan air di padang rumput menghijau tepat di kala mana anak-anak kecil bermain riang

hadirku...
pengingatmu... betapa agung dan indahnya hidup itu

Bunda...
aku tidak akan pernah mau menghakimimu
meski kesempatan dijatuhkan atas pundakku
tidak Bunda... tidak
jikalau lah memang kesempatan itu disematkan pada pita suara yang tiada bergema ini
hanya satu tanyaku Bunda… hanya satu

apa dosaku Bunda?

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
TULISAN INI PERTAMA KALI DIPUBLIKASIKAN DI WWW.KOMPASIANA.COM, COPASING DIIZINKAN DENGAN MENYERTAKAN URL LENGKAP POSTINGAN DI ATAS, ATAU DENGAN TIDAK MENGUBAH/MENGEDIT AMARAN INI.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
sumber ilustrasi; http://kupang.tribunnews.com/foto/bank/images/ilustrasi-bunuh-bayi.jpg

2 komentar: