Senin, 09 November 2015

Nak, Kenapa Kau Diam?


Kek, kenapa Kakek mematung?
Mengapa hanya diam bermenung?
Seperti capung? Kok, tercenung?
Apa Kakek bingung?
Karena kaki yang buntung?
Kenapa masih murung?
Mengapa tiada kias beruntung?
Kita-kan sudah merdeka, Kek!
Kakek lupa? Kan Kakek yang mengangkat senjata?
*
Nak, kamu melihatku seperti patung?
Benar! Tapi, pernahkah engkau merenung?
Lebih baik menjadi capung! Daripada bertingkah seperti tukang tenung!
Sungguh benar, aku bingung Nak, bingung!
Ha-ha, hanya kaki yang buntung!
Demi kalian kami rela tubuh terkutung!
Beruntung? Lihat diri kami Nak, diriku! Dilupakan saja seperti puntung.
Tentu saja kita sudah merdeka, Nak! Bagaimana aku bisa lupa?
Mereka berkulit putih sudah angkat kaki, begitu juga sakura.
*
Nak, kenapa kau diam?
Seberapa lama merah-putih pernah kau dekap?
Selebar mana merah-putih pernah kau bentang?
Setinggi apa merah-putih pernah kau kibar?
Baru terasa pahitnya jadam?
*
Nak, kenapa kau diam?

***
TULISAN INI PERTAMA KALI DIPUBLIKASIKAN DI WWW.KOMPASIANA.COM COPASING DIIZINKAN DENGAN MENYERTAKAN URL LENGKAP POSTINGAN DI ATAS, ATAU DENGAN TIDAK EMNGUBAH/MENGEDIT AMARAN INI.
Menyambut Hari Pahlawan 10 November
Sumber ilustrasi di sini

2 komentar: