Selasa, 03 Maret 2015

Ada Apa Dengan (Cinta) Negeriku?

Ada Apa Dengan (Cinta) Negeriku?


Pak… aku ingin bertanya
Ke mana hilang bela nusa?
Mengapa tak henti durja melanda?
Haruskah picik badan di selaksa cerita?
Atau NKRI harga mati hanya bualan semata?
Pak… ini semua karena apa?

Pak… lihatlah pertiwi kian merana
Garuda lusuh berdarah derita
Bagaimana anak cucu akan percaya?
Bersilat lidah meski nyata berbeda
Pak… ada apa dengan ini semua?

Aku hanya ingin mengatakan
Lihatlah sekeliling lingkungan
Di manakah engkau mencari makan?
Tidakkah di tanah pertiwi ini yang kian rentan
Lantas kenapa carut marut dihadirkan?
Tidakkah cukup semua materi melilit badan
Sedang yang lain kurus tak diperhatikan
Pak… kenapa semua ulah tak dihentikan?
Apa kalian tidak mencintai Indonesia?

Bu… aku ingin meminta
Pada rahimmu awal semua cerita
Isikan benih terbaik yang kau punya
Bukan rahwana apalagi iblis berbaju manusia
Besarkan penuh kasih cinta
Hingga nanti berguna bagi nusa bangsa
Dan garuda bebas bentangkan sayap mengudara
Ibu pertiwi tersenyum manis di ujung cerita


-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
TULISAN INI PERTAMA KALI DIPUBLIKASIKAN DI WWW.KOMPASIANA.COM, COPASING DIIZINKAN DENGAN MENYERTAKAN LINK LENGKAP POSTINGAN DI ATAS, ATAU DENGAN TIDAK MENGUBAH/MENGEDIT AMARAN INI.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
sumber ilustrasi; https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAOQcglFfLbwMQ94p2Zz69VU6wlJXxDZNfH0qhyphenhyphenNM6619eI52T1qbqe_bQDQpXjp-woHqke88Mq9xUYCS_WFOrj8nlSa7SzEdW8gjWwBoNYlh4kXry4TFI_UndZQPBI8zgzxmlawU7erY/s1600/indonesia_by_pistonbroke2.jpg 

4 komentar:

  1. hhh... menggemaskan memang kelakuan para "petinggi negeri". Kalo minjem istilahnya Mas Nug, mereka itu lebih tepat disebut "ulat bulu"...

    BalasHapus
  2. Sedari kecil kita diajarkan untuk saling mengalahkan, menjadi yang terbaik dengan berbagai cara, dengan pengaturan rangking kelas misalnya. Kelas 4 SD anak saya rangking 23, anehnya kelas 5 SD malah rangking dua. Selidik punya selidik ternyata saya nggak pernah kasih hadiah ge guru kelas 4 nya he he he untungnya guru kelas 5 orangnya fair. He he he maaf jadi mendongeng

    BalasHapus
    Balasan
    1. begitulah Mbak Fabina :(
      kadang sedih sendiri lihat kenyataan, dalam pendidikan aja udah gak arif yang ngajari
      gimana anak-anak kita besarnya nanti?

      makasih Mbak e :)

      Hapus